Waktu adalah milik manusia yang
paling berharga. Oleh karena itu pergunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu
apabila telah lewat tidak akan dapat diharapkan kembali lagi. Berbeda dengan
suatu benda yang telah hilang, masih mungkin ditemukan kembali (QS. An Naazi’aat
(79) : 46).
Manusia yang berakal, menghadapi
waktunya bagaikan orang yang kikir menghadapi harta bendanya yang mahal. Ia
tidak akan menyia-nyiakan sekejap pun terhadap sesuatu yang sedikit, apalagi
yang banyak. Ia selalu menghitung setiap uang yang keluar harus mendapat
imbalan yang wajar. Ia juga selalu berusaha menempatkan sesuatu pada tempat
yang layak. Begitulah orang yang mempergunakan uang dan demikian pula
seharusnya kita mempergunakan waktu.
Sebagai muslim yang baik, hendaknya
kita sadar bahwa waktu itu sebagai sesuatu yang berharga, karena waktu adalah
umurnya. Perjalanan hidup manusia melaju dengan cepat menuju kepada Allah SWT.
Sedangkan setiap kemajuan yang keluar pada suatu pagi, tidak lain merupakan
satu fase dari fase-fase perjalanan yang tidak terhenti sampai disini saja,
melainkan untuk selamanya. Dan orang-orang yang berakal dapat mengetahui
kebenaran itu. Oleh karena itu, hendaknya kita betul-betul mengetahui dengan
jelas apa yang sudah kita kerjakan pada waktu yang lalu dan apa yang wajib kita
kerjakan untuk masa yang akan datang. Hendaknya kita selalu mengadakan
perhitungan untung rugi dari apa yang telah kita kerjakan, apabila ternyata
kita mendapat kerugian dari amal-amal kita, maka hendaknya kita tutup dengan
memperbanyak amal-amal kebajikan untuk masa datang dan apabila kita memperoleh
keuntungan dari amal-amal kita, maka lebih ditingkatkan lagi agar kita
memperoleh bekal lebih banyak lagi untuk kehidupan kita kelak, baik di dunia
maupun di akhirat.
II. Mensyukuri Nikmat Umur
Di antara sekian banyak nikmat Allah
yang kita pakai dan kita pergunakan setiap hari, maka yang sangat kita rasakan
adalah nikmat umur yang kita pakai sekarang ini. Umur yang kita pakai sekarang
ini adalah salah satu nikmat Allah yang mahal harganya dan paling tinggi
nilainya. Kalau Allah SWT telah memanjangkan umur kita sekarang ini, maka sudah
sepantasnya sebagai terima kasih kita, sebaiknya kita gunakan untuk mengabdi
kepada Allah dalam arti yang sebenarnya-benarnya, mengabdi untuk berbuat baik
kepada masyarakat sebanyak mungkin, disamping mengerjakan segala perintah-Nya
dan meninggalkan segala larangan-Nya serta bersedia menegakkan hukum-hukum
Allah dengan patuh dan tunduk.
Umur yang kita pakai sekarang ini akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah nantinya, untuk apa umur kita habiskan. Pada waktu itu tidak dapat berdusta sedikitpun, sebab seluruh anggota badan kita menjadi saksi tentang apa dan untuk apa dipergunakan umur yang sekian puluh tahun dipakai.
Umur yang kita pakai sekarang ini akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah nantinya, untuk apa umur kita habiskan. Pada waktu itu tidak dapat berdusta sedikitpun, sebab seluruh anggota badan kita menjadi saksi tentang apa dan untuk apa dipergunakan umur yang sekian puluh tahun dipakai.
Sabda Nabi Muhammad SAW : “Belum
lagi hilang jejak telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga
kepadanya telah diajukan empat pertanyaan :
1. Dari hal umurnya, kemana dihabiskan
2. Dari hal tubuhnya, untuk apa dipakainya
3. Dari hal ilmunya, apa yang sudah diamalkannya dengan ilmunya
4. Dari hal harta, dari mana diperolehnya dan untuk apa dibelanjakannya” (HR. Turmudzi)
1. Dari hal umurnya, kemana dihabiskan
2. Dari hal tubuhnya, untuk apa dipakainya
3. Dari hal ilmunya, apa yang sudah diamalkannya dengan ilmunya
4. Dari hal harta, dari mana diperolehnya dan untuk apa dibelanjakannya” (HR. Turmudzi)
Bagi manusia yang beriman kepada
Allah, pasti mempercayai bahwa suatu saat yang telah ditentukan umurnya akan
bercerai dengan badannya bila ajalnya telah datang dan dia berpulang ke rahmatullah
untuk mempertanggungjawabkan umurnya kepada Allah. Bila kepercayaan itu sudah
tumbuh dan sudah menjadi keyakinan yang kuat, tentunya setiap orang akan
berhati-hati terhadap sisa umurnya, sebelum datang ajalnya untuk mencapai
husnul khotimah, yaitu penghabisan umur yang baik.
Oleh karena itu, kita sama-sama
ingat pada pesan Nabi Muhammad SAW mengenai penggunaan segala kesempatan dalam
hidup ini sebagaimana dikemukakan sebagai berikut, “Pergunakanlah lima hal
sebelum datangnya lima hal:
1. Pergunakanlah sehatmu sebelum datang sakitmu
2. Pergunakanlah lapangmu sebelum datang kesempitanmu
3. Pergunakanlah mudamu sebelum datang tuamu
4. Pergunakanlah kayamu sebelum datang kemiskinanmu
5. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Bukhari)
1. Pergunakanlah sehatmu sebelum datang sakitmu
2. Pergunakanlah lapangmu sebelum datang kesempitanmu
3. Pergunakanlah mudamu sebelum datang tuamu
4. Pergunakanlah kayamu sebelum datang kemiskinanmu
5. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Bukhari)
III. Akibat Tidak Memanfaatkan
Waktu
1. Kekosongan Akal
Akal merupakan mutiara terbesar yang
dmiliki manusia. Manusia tanpa memfungsikan akal untuk mengenal Rabbnya, maka
nilainya tidak ubahnya seperti binatang (QS. Al Anfaal (8) : 22). Karenanya
kita harus menyadari pentingnya pengisian akal dengan sesuatu yang bermanfaat
yaitu tadabbur (memperhatikan) Allah SWT dengan kewajiban yang harus dipenuhi,
serta tafakur (memikirkan) makhluk-makhluk ciptaan-Nya (QS. An Nahl (16) :
12)
2. Kekosongan Hati
Hati laksana bejana tempat
bersemayamnya iman dan juga hawa nafsu (QS. Al Hujuraat (49) : 7). Hendaklah
mewaspadai penyakit-penyakit hati yang akan menjerumuskan dirinya pada
kehancuran, diantaranya adalah dengki, dendam dan benci kepada sesama manusia,
takabur, sombong, hasad, iri hati dan sebagainya. Hendaklah memberi makan hati
dengan banyak mengingat Allah SWT melalui mendengar dan membaca Al Qur’an serta
memperbanyak do’a.
Letaknya hati ada di dalam jiwa,
apabila tidak disibukkan dengan aktivitas positif, maka ia akan menyibukkan
kita dengan aktivitas kebatilan. Menyibukkan jiwa dengan kebaikan adalah ialah
menyucikan, mendidik dan menarik tali kekangnya dari yang batil (QS. Asy Syam
(91) : 9-10). Jiwa yang kosong dari sikap serius dan sikap penuh kesucian, akan
menyebabkan senantiasa menyelimutinya, mengalami kegersangan dan dekadensi
moral. Demikianlah keberadaan jiwa yang kosong. Tidak bersua, tidak bekerja,
tidak beriman dan tidak beragama. Obsesinya (cita-citanya) hanya berbuat dan
bermain di dunia ini dengan perbuatan yang sia-sia, yang nantinya akan diikuti
oleh kekecewaan dan penyesalan kelak di akhirat (QS. Az Zumar (39) : 56)
IV. Kewajiban Muslim Terhadap
Waktu
1. Menjaga dan memanfaatkan
waktu
2. Tidak menyia-nyiakan waktu
3. Mengisi kekosongan dengan perbuatan yang mendatangkan kebaikan
4. Berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al Baqarah (2) : 148)
5. Belajar dari perjalanan hari demi hari (QS. An Nuur (24) ; 44)
6. Mengatur waktu
7. Bagi tiap waktu ada aktivitas tertentu
8. Memilih waktu-waktu yang istimewa
2. Tidak menyia-nyiakan waktu
3. Mengisi kekosongan dengan perbuatan yang mendatangkan kebaikan
4. Berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al Baqarah (2) : 148)
5. Belajar dari perjalanan hari demi hari (QS. An Nuur (24) ; 44)
6. Mengatur waktu
7. Bagi tiap waktu ada aktivitas tertentu
8. Memilih waktu-waktu yang istimewa
Referensi :
1. Waktu Dalam Kehidupan Seorang Muslim, DR. Yusuf Qordhowi
2. Akhlaq Seorang Muslim, Drs. H. Moh. Rifa’i
0 komentar:
Posting Komentar