Kamis, 15 Maret 2012

KEUTAMAAN ILMU

Sesungguhnya ilmu adalah kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman: “Apakah dapat disamakan orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui.” (QS. Az Zumar (39) : 9). Allah SWT menolak menyamakan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, sebagaimana Allah menolak menyamakan keburukan dengan kebaikan, orang buta dengan orang melihat, cahaya dengan kegelapan, naungan dengan hawa panas, penghuni neraka dengan penghuni surga, orang-orang beriman dengan orang-orang kafir dan orang-orang bertaqwa dengan orang-orang berdosa. Hal ini menunjukkan, bahwa kedudukan orang berilmu terhadap orang bodoh adalah seperti kedudukan cahaya terhadap kegelapan.
Semua kejahatan dan keburukan penyebabnya adalah tidak adanya kehidupan dan cahaya, dan semua kebaikan penyebabnya adalah cahaya dan kehidupan. Cahaya itu membongkar hakikat segala sesuatu dan menjelaskan peringatan-peringatannya, sedangkan kehidupan ia adalah pembimbing kepada sifat-sifat kesempurnaan, dan mengharuskan terbentuknya perkataan dan tindakan yang tepat (QS. Al An’am (6) : 122). Sehingga kebutuhan manusia kepada ilmu adalah kebutuhan primer melebihi kebutuhan badan kepada makanan, karena badan membutuhkan makanan dalam sehari hanya sekali atau dua kali, sedangkan kebutuhan manusia kepada ilmu sangat banyak sebanyak jumlah nafas, karena setiap nafasnya dibutuhkan iman atau hikmah. Jika nafasnya nihil dari iman dan hikmah, sungguh ia binasa, semakin dekat kematiannya dan tidak mendapatkan jalan untuk membebaskan diri kecuali dengan ilmu. Jadi kebutuhan manusia kepada ilmu lebih besar daripada kebutuhan badan kepada makanan dan minuman.
II. Keutamaan Ilmu
Ayat yang pertama kali diturunkan Allah Ta’ala dalam Al Qur’an adalah surat Al Alaq : 1-5. Di dalamnya Allah Ta’ala menyebutkan apa saja yang telah Dia anugerahkan kepada manusia seperti nikmat pengajaran apa yang tidak mereka ketahui, Allah Ta’ala menyebutkan di dalamnya karunia-Nya yaitu pengajaran-Nya, dan mengutamakan manusia dengan pengajaran yang Dia berikan kepada mereka. Ini menjadi bukti kemuliaan ilmu dan pengajaran.
Setiap orang pasti mengetahui keutamaan ilmu. Sesungguhnya manusia itu berbeda dari semua binatang yang ada dengan ilmu, akal dan pemahaman yang diberikan secara khusus kepadanya. Jika ia tidak mempunyai ilmu, akal dan pemahaman, maka yang tersisa padanya adalah kesamaan antara dirinya dengan seluruh binatang, yaitu sifat kebinatangan. Terhadap orang seperti itu, manusia tidak malu kepadanya dan tidak berhenti dari kejahatannya kendati orang tersebut ada di tengah-tengah mereka dan melihat mereka.
Allah SWT menampakkan keutamaan Adam as. daripada malaikat adalah karena ilmu, sehingga Allah menyuruh para malaikat agar sujud kepada Adam as.
Keutamaan  ilmu yang paling nyata adalah bahwa ilmu merupakan sarana untuk bertaqwa kepada Allah, dimana dengan taqwa manusia akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah yaitu surga kebahagiaan abadi. Abu Musa ra. berkata: Bersabda Nabi SAW: “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diberikan oleh Allah kepada saya bagaikan hujan yang turun ke tanah, maka sebagian ada yang subur (baik) dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan serta rumpun yang banyak sekali. Dan ada pula tanah yang keras menahan air, hingga berguna untuk minuman dan penyiram kebun tanaman; dan ada beberapa tanah hanya keras-kering tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah contoh orang pandai di dalam agama Allah dan mempergunakan apa yang diberikan Allah kepadaku lalu mengajar, dan perumpamaan orang yang tidak dapat menerima petunjuk Allah yang telah ditugaskan kepadaku.” (HR. Bukhari  Muslim)
III. Klasifikasi Ilmu
1. Ilmu yang diwajibkan untuk setiap Individu (Fardhu ‘Ain)
a. Ilmu pengetahuan tentang prinsip keimana: Allah, Malaikat, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhir, Qodo dan Qodhar.
b. Ilmu pengetahuan tentang syariat-syariat Islam: Wudhu, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
c. Ilmu pengetahuan tentang hal yang diharamkan/dihalalkan: Babi, Riba, Judi, Bangkai, Darah.
d. Ilmu tentang kemasyarakatan: perdagangan, Pemerintahan, Administrasi Niaga.
2. Ilmu yang diwajibkan untuk Kelompok (Fardhu Kifayah)
Jika ada satu atau beberapa orang dari kelompok jama’ah telah memiliki ilmu dan melaksanakannya, maka yang lainnya tidak lagi dituntut untuk melaksanakannya. Namun jika tidak ada seorang pun yang memiliki ilmu tersebut dan tidak melaksanakannya, maka semua orang berdosa, terutama pemimpin mereka (ulil amri), contoh: ilmu kedokteran, ilmu kebidanan, ilmu jenazah, ilmu falak, ilmu komputer dan perkembangannya, dll.
3. Ilmu yang Tercela
Dikatakan tercela karena ilmu itu membawa kemudharatan bagi orang itu sendiri atau orang lain, contoh: ilmu tenung, sihir, santet, pelet, paranormal, peramal, dll.
IV. Penutup
Ilmu dan amal perbuatan yang utama di sisi Allah adalah yang terkait langsung dengan kebutuhan umat. Hal tersebut merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta bermanfaat bagi kemaslahatan ummat.
Referensi :
1. Buah Ilmu, Ibnu Qayyim Al Jauziyah
2. Belajar dan Etikanya, DR. Yusuf Qordhowi

0 komentar:

Posting Komentar