I. Pendahuluan
Bila kita berbicara masalah cinta,
tidak akan habis waktu untuk membahasnya. Sayangnya bahasan cinta tidak jauh
seputar masalah antar makhluk. Padahal bahasan cinta itu begitu luas, segala
hubungan baik sesama makhluk maupun dengan sang pencipta dan juga segala
kegiatan yang kita lakukan.
Cinta memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Fenomena yang terjadi sehari-hari mengungkapkan bahwa cinta
dapat menjadi motivator aktivitas yang kita jalankan. Namun perlu juga kita
sadari bahwa cinta dapat juga merusak aktivitas kita.
Oleh karena itu disadari atau tidak,
cinta mempengaruhi kehidupan seseorang, baik cinta kepada Allah maupun bukan
kepada Allah. Cinta bukan kepada Allah sering membawa kepada cinta buta yang
tak terkendali sedangkan cinta kepada Allah akan membawa kepada ketenangan dan
kedamaian. Cinta kepada makhluk membawa ketidakpastian, penasaran dan
kesenangan semu. Cinta kepada Allah akan membawa keyakinan dan keabadian.
Cinta yang bukan karena Allah
biasanya didasari oleh syahwat dan cinta kepada Allah didasari oleh iman.
Syahwat akan mengendalikan diri kita dan bahkan bila kita memperturutkan
syahwat dapat membahayakan kita. Oleh karena itu kita perlu mengetahui
bagaimana mengelola cinta agar bahagia dunia dan akhirat.
Cinta erat kaitannya dengan
amal/aktivitas. Amal tanpa cinta akan merusak amal yang dikerjakan, karena
hanya akan menghasilkan rutinitas dan penghayatan yang semu. Namun sebaliknya
apabila amal berdasarkan cinta akan menghasilkan amal saleh yang dihayati
dengan mendalam. Ibadah kepada Allah perlu didasari kecintaan. Dengan adanya
cinta kepada Allah maka kita akan rela dan ikhlas melaksanakan semua
perintahnya bahkan rela berkorban jiwa dan harta.
II. Pembagian Cinta
1. Sesuai syariat
Cinta seorang mu’min lahir dari
ketulusan imannya kepada Allah SWT. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya mesti
diiringi nilai Islam yang benar. Kesalahan dalam mencintai Rasul akan membawa
kepada taqlid yang membabi buta dan menimbulkan figuritas yang berlebihan
bahkan cenderung menjadi tuhan baru.
Cinta berdasarkan syariat akan
kekal, tidak saja terjadi di dunia tetapi akan berlanjut sampai di akhirat.
Kasih sayang sebagai wujud dari cinta akan menghaluskan akhlaq dan melembutkan
jiwa. Cinta yang sesuai syariah akan mengarahkan manusia untuk menyayangi yang
lemah dan melindungi yang tua, mengajak kepada kebaikan dan menguatkan iman.
2. Tidak sesuai syariat
Cinta yang tidak sesuai dengan
syariat berdasarkan atas keinginan syahwat. Cinta tanpa iman hanya memenuhi
tuntutan syahwat semata (hawa nafsu). Cinta seperti ini tidak kekal dan
biasanya bersifat materi. Cinta seperti ini hanya akan menyengsarakan manusia
karena akan menggelincirkan manusia pada kehinaan dan penyesalan.
Namun satu hal perlu yang kita
perhatikan adalah kecintaan pada syahwat (QS. Ali Imran (3) : 14) seperti
wanita, anak, harta benda, binatang, ladang dan lain-lain dibenarkan
keberadaannya oleh Allah karena kecintaan ini merupakan tabiat manusia. Oleh
karena itulah agar cinta ini dapat membawa kita pada ketenangan dan kebahagiaan
di dunia dan akhirat yang perlu dilakukan ialah mengarahkan bahwa cinta ini
perlu dikendalikan oleh syariat bukan dibunuh/dihilangkan. Dengan panduan
syariat kecintaan yang bersifat syahwati akan menuntun pada kebahagiaan yang
hakiki sedangkan tanpa syariat kecintaan syahwati ini akan membawa kesesatan dan
kesengsaraan.
III. Tanda-tanda Cinta
1. Banyak mengingat yang
dicintainya, (QS. Al Anfal (8) : 2)
2. Kagum
Kagum muncul karena adanya suatu kelebihan yang dilihatnya, apakah bersikap subjektif atau objektif. Kagum diawalai dengan mengenali sesuatu yang lebih dibandingkan dengan yang lain. (QS. Al Hasyr (59) : 24)
Kagum muncul karena adanya suatu kelebihan yang dilihatnya, apakah bersikap subjektif atau objektif. Kagum diawalai dengan mengenali sesuatu yang lebih dibandingkan dengan yang lain. (QS. Al Hasyr (59) : 24)
3. Ridha
Cinta menimbulkan keridhaan kepada yang dicintai apapun yang diperintahkan atau dilarang ia rela melakukannya. (QS. At Taubah (9) : 62)
Cinta menimbulkan keridhaan kepada yang dicintai apapun yang diperintahkan atau dilarang ia rela melakukannya. (QS. At Taubah (9) : 62)
4. Tadhhiyah (siap berkorban)
Cinta akan membuat kesiapan untuk berkorban demi kepentingan yang dicintainya. Ia akan membela habis-habisan sebagai wujud dari cintanya. (QS. Al Baqarah (2) : 207)
Cinta akan membuat kesiapan untuk berkorban demi kepentingan yang dicintainya. Ia akan membela habis-habisan sebagai wujud dari cintanya. (QS. Al Baqarah (2) : 207)
5. Takut
Ketakutan yang muncul dari cinta adalah dalam bentuk harap dan cemas berharap agar yang dicintainya ridho dan cemas bila yang dicintainya tidak ridho kepadanya. (QS. Al Anbiya (21) : 90)
Ketakutan yang muncul dari cinta adalah dalam bentuk harap dan cemas berharap agar yang dicintainya ridho dan cemas bila yang dicintainya tidak ridho kepadanya. (QS. Al Anbiya (21) : 90)
6. Berharap
Cinta menumbuhkan harapan kepada yang dicintainya. (QS. Al Ahzab (33) : 80)
Cinta menumbuhkan harapan kepada yang dicintainya. (QS. Al Ahzab (33) : 80)
7. Taat
Bukti dari cinta adalah mentaati kepada yang dicintainya. (QS. An Nisaa (4) : 80)
Bukti dari cinta adalah mentaati kepada yang dicintainya. (QS. An Nisaa (4) : 80)
Setelah memahami tanda-tanda cinta
tersebut, diharapkan kita dapat membuat porsi-porsi yang tepat dalam mengelola
cinta. Cinta yang menempati urutan pertama dan utama adalah cinta kepada Allah,
dengan mencintai Allah kita akan mendapat berkah dan rahmat dari Allah karena
Dialah penguasa sejati kita, pencipta kita. Setelah itu mencintai apa yang
dicintai Allah yaitu Rasulullah SAW sebagai utusannya dan penerus risalah
terakhir kepada manusia, terutama sesama muslim karena Allah telah
mempersaudarakan umat muslim dimanapun mereka berada.
IV. Kisah-kisah Cinta
1. Seorang sahabat bernama
Jabir secara fisik kata orang ia tidak ganteng dan secara ekonomi ia miskin.
Ketika Rasul SAW menawarkannya untuk menikah, dia menyatakan kesediaan meskipun
semula dia tidak yakin akan adanya orang tua yang akan menikahkan putrinya
kepadanya. Dan ternyata Rasul SAW mempertemukan dirinya dengan seorang wanita
yang tak hanya sholehah, tapi juga cantik dan keturunan bangsawan. Tapi
beberapa hari sesudah pernikahan, bahkan kata orang suasananya masih suasana
pengantin baru, ketika datang panggilan jihad, maka tak segan-segan dia
mendaftarkan diri kepada Rasul SAW untuk menjadi pasukan perang, lalu ia
betul-betul berangkat ke medan jihad hingga syahid.
2. Kisah kaum Anshor menyambut
muhajirin
Ketika Rasulullah telah berhijrah,
beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajiri dan kaum Anshor, di rumah Anas bin
Malik. Mereka saling memberikan hak waris setelah kematiannya, sedangkan kaum
kerabatnya tidak menerima hak waris tersebut, hal ini berlaku sampai turun
surat Al Anfal ayat 75.
Selain itu Rasulullah SAW juga
mempersaudarakan Abdur Rahman bin Auf dan Sa’ad bin Ar-Rabi. Sa’ad bin Ar-Rabi
berkata kepada Abdur Rahman : “Aku termasuk orang Anshor yang mempunyai banyak
harta. Harta itu akan kubagi dua, setengah untuk anda dan setengah untuk aku,
aku mempunyai dua orang isteri, lihatlah mana yang anda pandang paling menarik.
Sebutkan namanya, dia akan segera aku cerai. Setelah habis masa iddahnya Anda
kupersilahkan menikahinya. Abdur Rahman menjawab: “Semoga Allah memberkahi
keluarga dan kekayaan Anda. Tunjukkan saja kepadaku, dimanakah pasar kota
kalian?.
Kaum Anshor berkata kepada Nabi SAW,
“Bagikanlah pohon kurma di antara kami dan ikhwan kami”. Beliau berkata,
“Tidak”. Kaum Muhajirin berkata, “Kalian memenuhi kebutuhan kami dan kami ikut
bekerja bersama kalian dalam mengurus buah itu”, kaum Anshor berkata, “Kami
dengar dan taat”.
Hal ini menunjukkan kepada kita
bahwa kaum Anshor sangat ramah terhadap saudara mereka, kaum Muhajirin. Sangat
tampak sikap rela berkorban, mengutamakan orang lain dan cinta kasih kaum
Anshor. Sedangkan kaum Muhajirin sangat menghargai keikhlasan budi kaum Anshor.
Mereka tidak menggunakan hal itu segai kesempatan untuk kepentingan yang bukan
pada tempatnya. Mereka hanya mau menerima bantuan dari kaum Anshor sesuai
dengan jerih payah yang mereka curahkan di dalam suatu pekerjaan.
Sungguh persaudaraan itu merupakan
suatu kebijakan yang unik dan tepat, serta dapat menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh kaum muslimin.
V. Hadits tentang Cinta
1. “Sesungguhnya diantara
hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan golongan nabi dan syuhada,
namun para nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena
kedudukannya di sisi Allah. Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah tolong beritahu
kami siapa mereka?” Rasulullah SAW menjawab : “mereka adalah satu kaum yang
cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat
diantara mereka serta tidak adak hubunga harta benda yang terdapat pada mereka.
Maka demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut
apa-apa dikala orang lain takut dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain
berduka cita”. (HR. Abu Daud)
2. “Sesungguhnya seorang muslim
apabila bertemu dengan saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannnya
(berjabatan tangan) gugurlah dosa-dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dari
pohon kering jika ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua,
meski sebanyak buih dilaut”. (HR. Tabrani)
3. “Sesungguhnya Allah SWT pada
hari kiamat berfirman: “Dimanakah orang yang cinta mencintai karena
keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dihari yang tiada naungan
melainkan naungan-Ku”. (HR. Muslim)
4. “Allah SWT berfirman: “Pasti
akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta- mencintai karena Aku, saling
kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku”. (Hadits Qudsi)
5. “Bahwa seseorang mengunjungi
saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya.
Tatkala malaikat menemaninya, ia berkata: “Kau mau kemana?” Ia menjawab: “Aku
ingin mengunjungi saudaraku di desa ini. “Lalu malaikat bertanya: “Apakah kamu
akan memberikan sesuatu kepada saudaramu?” Ia menjawab: “Tidak ada,
melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT”. Malaikat berkata:
“Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana
kamu mencintai orang tersebut karena-Nya”. (HR. Muslim)
6. “Tiga perkara, barangsiapa
memilikinya memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada
Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada
seseorang kepada Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau
dicampakkan ke dalam api neraka”. (HR. Bukharim Muslim)
Referensi :
Referensi :
1. Riyadhu Asholihin, Imam
Nawawi
2. Shiroh Nabawiyah, Syaikh Syaffiyyur Rahman Al Mubarakfury
3. Manajemen Cinta, Abdullah Nashih Ulwan
4. Materi Tutoring, FK UPN “Veteran” Jakarta
5. Materi Tutoring Agama Islam, SMUN 1 Bogor
6. Materi Khutbah Jum’at, Khairu Ummah
7. Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qoyyim al Jauziyah
2. Shiroh Nabawiyah, Syaikh Syaffiyyur Rahman Al Mubarakfury
3. Manajemen Cinta, Abdullah Nashih Ulwan
4. Materi Tutoring, FK UPN “Veteran” Jakarta
5. Materi Tutoring Agama Islam, SMUN 1 Bogor
6. Materi Khutbah Jum’at, Khairu Ummah
7. Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qoyyim al Jauziyah
0 komentar:
Posting Komentar