I. Pendahuluan
Hal yang paling menyakitkan bagi kebanyakan
orang adalah kematian. Bila diceritakan tentang kematian seolah-olah
berakhirlah segalanya. Musnah sudah semua yang sudah dirintis dan
diusahakannya. Berakhir sudah episode kehidupannya. Berhenti kisah hidupnya.
Tak ada lagi yang dapat dilakukan, hanya tinggal mengenang dirinya.
Bagi seorang muslim kematian merupakan bagian dari episode kehidupan yang masih ada kelanjutannya. Tidak berhenti di pintu gerbang kematian saja. Kehidupan di dunia adalah ladang bagi kehidupan selanjutnya, di mana kehidupan tersebut adalah kekal abadi. Oleh karena itu bagi seorang muslim, kematian adalah pintu gerbang yang mengarahkan seseorang menuju keadaan dimana ia akan mendapat balasan atas segala perbuatannya. balasan itu berujung pada dua cabang, yaitu kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang tak berkesudahan.
Bagi seorang muslim kematian merupakan bagian dari episode kehidupan yang masih ada kelanjutannya. Tidak berhenti di pintu gerbang kematian saja. Kehidupan di dunia adalah ladang bagi kehidupan selanjutnya, di mana kehidupan tersebut adalah kekal abadi. Oleh karena itu bagi seorang muslim, kematian adalah pintu gerbang yang mengarahkan seseorang menuju keadaan dimana ia akan mendapat balasan atas segala perbuatannya. balasan itu berujung pada dua cabang, yaitu kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang tak berkesudahan.
Setiap muslim diajarkan bahwa ada
kehidupan setelah kematian. Dengan demikian setiap muslim diperintahkan untuk
mempersiapkan diri mencari bekal sebanyak-banyaknya agar mudah dihisab nanti.
Rasulullah SAW bersabda : “Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan
diri dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. Tirmidzi)
Dzikrul maut pada dasarnya melatih
jiwa untuk terus mengenal dan merasa diawasi oleh Allah SWT. Peristiwa kematian
baginya bukan sesuatu yang menakutkan, bukan juga merupakan keberakhiran hidup
seseorang tanpa mendapat balasan. Baginya peristiwa kematian merupakan
pertemuan hamba dengan penciptanya. Agar ia dapat bertemu dengan penciptanya
dalam kebahagiaan maka ia perlu menyiapkan sebaik-baiknya bekal. Dengan
persiapan inilah diharapkan kelak bila saatnya tiba ia akan menghadap Rabbnya
dengan keridhaan dari Rabbnya sehingga bahagia di sisi Allah selamanya.
II. Keutamaan Dzikrul Maut
1. Dzikrul maut menghindarkan
diri dari kampung tipu daya dan menggiatkan persiapan untuk kampung akhirat.
Dalil Hadits : “Hadiah orang mu’min adalah kematian” (HR. Abu Dunya, Thabrani dan Al Hakim secara mursal dengan sanad hasan)
2. Dzikrul maut membongkar berbagai keburukan dunia sehingga menyadarkan manusia bahwa dunia hanyalah perhiasan yang semu tak akan kekal abadi. Dalil Hadits : “Tinggal di dunia ibarat musafir yang sedang istirahat sejenak di bawah pohon untuk kemudian pergi melanjutkan perjalanan.”
3. Dengan dzikrul maut segala kesusahan dan penderitaan dunia menjadi ringan baginya.
4. Dzikrul maut melembutkan hati dan menajamkan bashiroh. Dengan dzikrul maut setiap insan akan merasa perlu untuk memperbaiki dirinya dan terus mengupayakan amal sholeh sebanyak-banyaknya sehingga ia akan berhati-hati dan lebih menghargai orang lain karena baginya tidak ada yang abadi di dunia ini dan setiap orang berpotensi lebih baik dari dirinya, jadi ia tidak tertipu dengan kesenangan dan kebahagiaan semu.
Dalil Hadits : “Hadiah orang mu’min adalah kematian” (HR. Abu Dunya, Thabrani dan Al Hakim secara mursal dengan sanad hasan)
2. Dzikrul maut membongkar berbagai keburukan dunia sehingga menyadarkan manusia bahwa dunia hanyalah perhiasan yang semu tak akan kekal abadi. Dalil Hadits : “Tinggal di dunia ibarat musafir yang sedang istirahat sejenak di bawah pohon untuk kemudian pergi melanjutkan perjalanan.”
3. Dengan dzikrul maut segala kesusahan dan penderitaan dunia menjadi ringan baginya.
4. Dzikrul maut melembutkan hati dan menajamkan bashiroh. Dengan dzikrul maut setiap insan akan merasa perlu untuk memperbaiki dirinya dan terus mengupayakan amal sholeh sebanyak-banyaknya sehingga ia akan berhati-hati dan lebih menghargai orang lain karena baginya tidak ada yang abadi di dunia ini dan setiap orang berpotensi lebih baik dari dirinya, jadi ia tidak tertipu dengan kesenangan dan kebahagiaan semu.
III. Cara Menghidupkan Dzikrul
Maut
Maut adalah janji Allah yang pasti
sedangkan kehadirannya dapat kapan saja. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu
mengingatkan diri pada kemungkinan bahwa setiap saat maut dapat hadir menemui
kita.
Untuk menghadapi maut yang akan
datang kapan saja, sebaiknya setiap kita menyiapkan diri. Sebagai contoh,
perbedaan orang yang bersegera menyiapkan diri dan orang yang menunda-nunda
adalah ibarat menunggu tamu yang akan berkunjung sehari lagi dengan menunggu
tamu yang sepekan lagi akan berkunjung. Persiapan kita tentu akan berbeda. Bila
kita mengetahui tamu yang akan datang sehari lagi, kita akan merapikan kondisi
rumah dengan segera, untuk menyambut tamu tersebut, sedangkan bila tamu akan
datang sepekan lagi, kita tidak terburu-buru untuk merapikan rumah tersebut
karena kita berpikir masih memiliki waktu yang luang untuk menyiapkannya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: Masa mudamu sebelum masa
tuamu; Masa sehatmu sebelum masa sakitmu; Masa kayamu sebelum masa
kemiskinanmu; Masa luangmu sebelum masa sibukmu; Masa hidupmu sebelum masa
kematianmu.” (HR. Abu Dunya dengan sanad hasan) dan dalam riwayat yang lain :
“Dua nikmat yang disia-siakan oleh banyak orang ialah kesehatan dan waktu
luang.” (HR. Bukhari)
Referensi :
1. Intisari Ihya Ulumuddin, Al Ghazali
2. Mensucikan Jiwa, Said Hawwa
Referensi :
1. Intisari Ihya Ulumuddin, Al Ghazali
2. Mensucikan Jiwa, Said Hawwa