Kamis, 14 Februari 2013

Muslim Jepang Temukan Peran Mereka Di Masyarakat

Bosan dengan kehidupan materialistis, kaum muda Jepang semakin banyak yang masuk Islam karena menurut mereka Islam mengajarkan keseimbangan baru antara hidup mereka dan keyakinan agama.
“Itu tak lain sebuah wahyu ilahi,” kata Masashi Nagano, seorang Muslim Jepang berusia 28 tahun, mengatakan kepada The Japan Times pada hari Senin 17 Desember 2012.
Lahir dan dibesarkan di dalam masyarakat yang didominasi keyakinan Shinto dan Budha, Nagano membenci agama sewaktu dia masih seorang anak kecil.
Dia terkejut oleh kekejaman yang dilakukan oleh seorang teroris Jepang Aum Shinrikyo, termasuk serangan gas beracun tahun 1995 pada sistem kereta bawah tanah di Tokyo yang menewaskan belasan orang dan ribuan penumpang.
Fakta ini, bagaimanapun akhirnya berubah pada tahun 2008 ketika ia duduk di sekolah pascasarjana.
Membaca Alquran sebagai bagian dari studi antropologi, ia kemudian mulai berbaur dengan umat Islam yang tinggal di Jepang.
Sekarang, ia membanggakan dirinya sebagai seorang Muslim yang taat.
“Saya berutang banyak terhadap Al-Quran,” tambah Nagano.
Namun kasus ini hampir sama dengan beberapa dekada yang lalu.
Mimasaka Higuchi, 76 tahun, seorang mantan ketua Asosiasi Muslim Jepang, juga menemukan Islam pada tahun 1963 selama ia kursus belajar bahasa Arab di Mesir.
Meskipun ia masuk Islam hanya untuk mendapatkan kursus bahasa Arab di tempat terhormat di universitas Al-Azhar Mesir, keyakinannya dalam berIslam secara bertahap mulai tumbuh.
“Pada saat itu, Islam dianggap sebagai agama barbar dari padang pasir,” ujarnya.
“Sampai saya berangkat ke Mesir, saya hidup sangat dekat dengan umat Muslim.”
Higuchi mengamati bahwa ikatan yang kuat dari orang-orang di dalam masyarakat suku di dunia Arab mirip dengan solidaritas kerja yang terlihat di antara warga Jepang.

Hubungan Kemanusiaan
Meyakini peran agama dalam kehidupan, Nagano berpartisipasi dalam program pelatihan bagi umat beragama dari berbagai agama yang ingin membantu menyembuhkan luka mental.
“Saya merasa sulit untuk hidup sebagai seorang Muslim di Jepang, tapi saya bersedia untuk pergi ke mana pun  sayadibutuhkan.”
Program ini diluncurkan di bawah inisiatif Universitas Tohoku untuk memperbaiki bekas luka mendalam terhadap orang-orang yang kehilangan anggota keluarga dan rumah mereka akibat gempa yang menimbulkan tsunami mengerikan yang melanda Jepang pada bulan Maret 2011 lalu.
Mencari peran yang lebih besar untuk Muslim Jepang, Nagano bekerja sebagai ahli perawatan mental agama sebagai bagian dari upaya untuk mencari tahu apa yang Muslim dapat lakukan di masyarakat Jepang.
Selain itu, ia sering mengunjungi kuil Buddha untuk membina hubungan kerja sama antara Islam dan Buddha, serta antara agama-agama lainnya.
“Saya ingin mengembangkan chemistry yang baik dengan mitra dialog saya pada saat saya memperbaiki satu sama lain,” katanya.
Islam sendiri mulai ada di Jepang pada tahun 1920 melalui imigrasi beberapa ratus Muslim Turki dari Rusia setelah revolusi Rusia.
Pada tahun 1930, umat Islam jumlahnya mencapai sekitar 1000 orang dari asal yang berbeda.
Gelombang migran lain yang mendorong populasi Muslim meningkat pada 1980-an, bersamaan dengan datangnya pekerja migran dari Pakistan dan Bangladesh.
Jepang hari ini adalah rumah bagi komunitas Muslim yang sangat berkembang dari jumlah sekitar 120.000 Muslim, di antara hampir 127 juta populasi di negara kesepuluh di dunia yang paling padat penduduknya.

(By : Al-Furqon)

0 komentar:

Posting Komentar